Shorinji Kempo mulai dikembangkan di Jepang setelah usainya Perang Dunia Kedua. Berawal dari seorang pemuda Jepang yang bernama Doshin So. Pada tahun 1928 Doshin dikirim ke Cina dalam pasukan ekspedisi tentara Jepang ke Manchuria. Karena ia tidak sepaham dengan cara-cara penjajahan Jepang, kemudian melarikan diri dari pasukannya dan mengembara di daratan Tiongkok.
Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan akhirnya ia
dibawa ke Kuil Siaw Liem Sie, yang sudah diperbaiki oleh
penerus-penerus Dharma Taishi. Di kuil ini Doshin So mempelajari ilmu
Shorinji Kempo langsung dibawah asuhan mahaguru (sihang) ke-20 yaitu 'Wen Tay Sun.
Karena kesetiaannya dan penguasaannya yang sempurna terhadap Shorinji
Kempo, maka Doshin So dipercaya menjadi mahaguru ke-21 dan ia memperoleh
ijin untuk meninggalkan kuil Shorinji untuk meneruskan ajarannya di
daratan Jepang. Tahun 1945, Doshin So kembali ke Jepang dan membuka Dojo (tempat latihan) tersendiri. Ia memilih kota Tadotsu, yang terletak di Provinsi Kagawa di Pulau Shikoku.
Saat ini dikenal sebagai pusat Shorinji Kempo dunia. Doshin So menggembleng murid-muridnya dengan disiplin yang keras
seperti yang dialaminya sendiri. Namun di balik penggemlengan fisik dan
mental itu, Guru Besar Shorinji Kempo ini tetap menempatkan seni
beladiri ini sebagai pengayom hati dan jiwa dengan penuh rasa damai dan
welas asih bagi para pengikutnya. Sebab itulah lambang organisasi
Shorinji Kempo menggunakan simbol agama Budha, yaitu Manji, semacam tanda swastika yang berputar ke kiri, yang berarti "kasih sayang dan kekuatan" yang sesuai dengan doktrin Shorinji Kempo. Dalam tindakan sehari-hari sering diartikan sebagai berikut : "Dimana
ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai
kebijaksanaan"
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Shorinji_Kempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar